Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kemampuan Mengajar Guru dan Inovasi Pendidikan pada SMA Negeri se-Malang Raya
Raden Bambang Sumarsono
rbamsum@gmail.com
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang Nomor 5 Malang 65145
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan perilaku kepemimpinan kepala sekolah di SMA Negeri Se-Malang Raya, 2) mendeskripsikan kemampuan mengajar guru SMA Negeri Se-Malang Raya, 3) mendeskripsikan inovasi pendidikan yang ada di SMA Negeri Se-Malang Raya, 4) mengetahui ada tidaknya hubungan antara perilaku kepemimpinan Kepala Sekolah dan inovasi pendidikan di SMA Negeri Se-Malang Raya, 5) mengetahui ada tidaknya hubungan antara kemampuan mengajar guru dan inovasi pendidikan di SMA Negeri Se-Malang Raya, dan 6) mengetahui ada tidaknya hubungan perilaku kepemimpinan Kepala Sekolah dan kemampuan mengajar guru dengan inovasi pendidikan di SMA Negeri Se-Malang Raya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian asosiatif. Populasinya adalah guru SMA Negeri Se-Malang Raya, adapun pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Cluster Sampling. Teknik analisis yang digunakan yaitu teknik analisis deskriptif dan regresi berganda untuk mengetahui hubungan antar variabel.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa: 1) perilaku kepemimpinan kepala sekolah dalam kategori baik, 2) tingkat kemampuan mengajar guru pada SMA Negeri se-Malang Raya berada dalam kategori tinggi, 3) tingkat inovasi pendidikan pada SMA Negeri se-Malang Raya berada dalam kategori baik, 4) tidak ada hubungan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan inovasi pendidikan pada SMA Negeri se-Malang Raya, 5) ada hubungan yang signifikan antara kemampuan mengajar guru dan inovasi pendidikan pada SMA Negeri se-Malang Raya, dan 6) ada hubungan yang signifikan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah, kemampuan mengajar guru dan inovasi pendidikan pada SMA Negeri se-Malang Raya.
Kata kunci: Perilaku Kepemimpinan, Kemampuan Mengajar Guru, dan Inovasi Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu kunci utama di dalam mengatasi masa depan, karena pendidikan selalu diorientasikan pada penyiapan peserta didik untuk berperan aktif di masa yang akan datang. Keberhasilan antisipasi terhadap masa depan pada akhirnya ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan melalui pendidikan. Oleh karena itu pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan secara terus menerus untuk mencapai tujuan nasional.Seperti yang disebutkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, yang berbunyi:
Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut antara lain melalui perilaku kepemimpinan Kepala Sekolah dan kemampuan guru terhadap inovasi pendidikan yang baru di sekolah tempat mereka bekerja. Dengan demikian peranan Kepala Sekolah dan guru sangatlah penting, karena secara langsung mereka berinteraksi dengan warga sekolah. Yang secara tidak langsung memberikan sumbangan di dalam menunjang keberhasilan belajar mengajar di sekolah. Tugas guru dalam proses belajar-mengajar dapat dikelompokan ke dalam tiga kegiatan, yaitu: (1) menyusun program pengajaran, (2) menyajikan atau melaksanakan pengajaran, dan (3) melaksanakan evaluasi belajar, (Suryosubroto, 2002:8).
Kemampuan guru untuk mengelola proses belajar-mengajar dapat mendorong siswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Perhatian pimpinan sekolah pada peningkatan kemampuan guru adalah sangat penting demi terwujudnya mutu pendidikan di sekolah. Rifai dalam Suryosubroto (2002:4) mengatakan bahwa:
Di dalam situasi pengajaran, gurulah yang memimpin dan bertanggung jawab penuh atas kepemimpinan yang dilakukan. Ia tidak melakukan instruksi-instruksi dan tidak berdiri di bawah instruksi manusia lain kecuali dirinya sendiri, setelah masuk dalam situasi kelas.
Selanjutnya kesadaran guru untuk menjunjung tinggi profesinya sendiri sangat penting bagi kelancaran pelaksanaan tugasnya. Guru yang bangga terhadap profesinya akan dapat melaksanakan tugas dengan semangat untuk memajukan pendidikan di sekolah.
Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru.
Kualitas dan kuantitas kegiatan belajar-mengajar sangat bergantung pada perencanaan program pengajaran yang dibuat guru sebelumnya. Guru dituntut memiliki kemampuan dalam mendesain program pengajaran tersebut. Kemampuan ini diperlukan dalam merencanakan keterkaitan komponen-komponen yang terdapat di dalamnya sehingga terjadi hubungan atau kesesuaian diantara tujuan, materi, metode, alat, evaluasi, serta kegiatan-kegiatan yang mungkin dapat dilakukan dalam rangka terciptanya iklim belajar-mengajar yang berhasil dan optimal, (Usman dan Setiawati, 1993:24).
Pembaharuan pendidikan merupakan suatu upaya sadar yang sengaja dilakukan untuk memperbaiki praktek pendidikan dengan sungguh-sungguh. Yang hendak diperbaiki adalah proses pendidikan, tidak mengherankan bahwa pada mulanya kebanyakan pembaharuan berpokok pada metode mengajar. Bukan karena mengajar itu penting, melainkan karena mengajar itu bermaksud menimbulkan efek belajar pada siswa. Mungkin sekali tak ada pembaharuan yang efektif hasilnya kalau sama sekali terpisah dari upaya pembaharuan proses belajar-mengajar, (Wijaya, dkk., 1988: 33)
Keberhasilan inovasi pendidikan yang ada di sekolah tidak hanya ditentukan oleh kemampuan guru saja, tetapi juga didukung oleh faktor perilaku dari kepemimpinan Kepala Sekolah. Kepemimpinan merupakan titik sentral, hal ini dikarenakan dalam kehidupan organisasi kepemimpinan diharapkan lahir berbagai gagasan baru, yang dapat memberikan dorongan lahirnya perubahan seluruh proses kegiatan kelompok (Ibrahim,1988:45). Oleh karena itu kepemimpinan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kelompok dan menduduki posisi tinggi dalam kehidupan kelompok untuk menentukan struktur, suasana aktivitas dan perubahan kelompok. Sikap pemimpin terhadap inovasi memiliki hubungan positif dengan kepekaan organisasi terhadap inovasi. Makin terbuka sikap pimpinan sekolah terhadap inovasi, maka makin cepat organisasi menerima inovasi.
Kepala Sekolah merupakan pimpinan tertinggi di suatu sekolah. Pola kepemimpinannya sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan terhadap usaha penciptaan inovasi pendidikan. Selain itu, guru-gurunya pun dituntut untuk memiliki kemampuan yang tinggi agar dapat menciptakan inovasi pendidikan di sekolahnya. Oleh sebab itu, dalam pendidikan modern yang akan datang, kepemimpinan Kepala Sekolah dan kemampuan guru perlu mendapatkan perhatian yang serius. Agar mereka dapat menciptakan inovasi-inovasi baru dalam dunia pendidikan baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan.
Dengan peranserta kepala sekolah dalam mendorong/memotivasi para guru dimungkinkan guru akan termotivasi untuk menemukan ide-ide/inovasi di bidang pembelajaran. Inovasi akan membawa dampak pada peningkatan kualitas dalam proses pembelajaran, sehingga sekolah akan semakin bermutu.
Berdasarkan pengamatan dan informasi dari beberapa orang guru SMA Negeri di daerah Malang Raya, menunjukkan bahwa inovasi-inovasi pendidikan dibidang pengajaran dimungkinkan masih kurang, dan setelah observasi pendahuluan, ternyata yang menjadi faktor dominan yang mempengaruhi proses penciptaan inovasi pendidikan adalah perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
METODE
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah suatu permasalahan penelitian yang bersifat hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini menggunakan perhitungan angka terhadap data yang diperoleh untuk pengujian hipotesis, yaitu untuk melihat hubungan antar variabel perilaku kepemimpinan oleh kepala sekolah (x1) dan kemampuan guru Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Malang Raya (x2) dengan inovasi pendidikan (y).
Populasi dalam penelitian adalah guru SMA Negeri Se-Malang Raya sejumlah 1355. Untuk menentukan anggota sampel dalam penelitian ini digunakan teknik Cluster Sampling (Area Sampling) yaitu teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas (Sugiyono, 2003: 94). Berdasarkan perhitungan, maka diperoleh jumlah sampel sebesar 185 yang terbagi dalam 3 wilayah yaitu Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data ordinal (Skala Likert) yang ditransformasikan menjadi data interval melaui method of Successive Interval. Sesuai dengan jenis data yang ditetapkan di atas, data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer, karena data diperoleh langsung dari sumbernya. Alat utama untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah angket atau kuesioner yang disusun berdasarkan konsep pengukuran Skala Likert dengan bentuk yang telah dimodifikasi untuk menghindari responden memilih jawaban di tengah-tengah.
Setelah data terkumpul dari lapangan (responden), kegiatan peneliti selanjutnya adalah mentabulasi data dan menganalisisnya dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dan regresi berganda untuk mengetahui hubungan antar variabel.
HASIL
Deskripsi Data
Deskripsi data yang disajikan dalam penelitian ini adalah gambaran kondisi perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan tingkat kemampuan mengajar guru dengan inovasi pendidikan di SMA Negeri Se-Malang Raya. Data tersebut dianalisis dengan bantuan SPSS for Windows, berupa data analisis deskriptif dan analisis regresi.
Setelah data terkumpul, kemudian dari data tersebut diberi skor pembobotan pada masing-masing item pada setiap angket. Cara pembobotan jawaban angket disesuaikan dengan pilihan alternatif jawaban berdasarkan aturan yang telah ditetapkan. Setelah dilakukan seleksi pembobotan maka langkah selanjutnya mentabulasi data, dengan cara memindahkan jumlah skor angket ke dalam tabel data, sehinggan hasil akhir dari kegiatan ini berupa tabel data variabel (X1) yaitu perilaku kepemimpinan kepala sekolah, variabel (X2) yaitu kemampuan mengajar guru, dan variabel (Y) yaitu inovasi pendidikan. Berikut disajikan deskripsi masing-masing variabel.
a) Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah
Gambaran data mengenai perilaku kepemimpinan kepala sekolah, disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah
No |
Rentang Skor |
Kriteria |
Frekuensi |
Persentase |
1 |
99 – 122 |
Sangat Baik |
75 |
40,5% |
2 |
76 – 98 |
Baik |
105 |
56,8% |
3 |
53 – 75 |
Cukup |
5 |
2,7% |
4 |
30 – 52 |
Tidak Baik |
- |
- |
TOTAL |
185 |
100% |
Berdasarkan Tabel 1 menunjukan bahwa dari 185 responden, 75 orang atau sebesar 40,5% responden menyatakan bahwa perilaku kepemimpinan kepala sekolah pada SMA Negeri Se-Malang Raya dalam kategori sangat baik, 105 orang atau sebesar 56,8% responden berada dalam kategori baik, 5 orang atau sebesar 2,7% responden berada dalam kategori cukup, dan tidak ada responden yang menyatakan perilaku kepemimpinan kepala sekolah tidak baik.
Skor rata-rata untuk variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah berdasarkan frekuensinya diperoleh skor sebesar 90,31 dan termasuk dalam rentangan skor 76 – 98 sehingga tingkat perilaku kepemimpinan kepala sekolah dapat dikategorikan baik.
b) Kemampuan Mengajar Guru
Gambaran data mengenai kemampuan mengajar guru, sebagaimana disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Kemampuan Mengajar Guru
No |
Rentang Skor |
Kriteria |
Frekuensi |
Persentase |
1 |
86 – 105 |
Sangat Tinggi |
20 |
10,8% |
2 |
66 – 85 |
Tinggi |
154 |
83,2% |
3 |
46 – 65 |
Cukup |
11 |
5,9% |
4 |
26 – 45 |
Rendah |
- |
- |
TOTAL |
185 |
100% |
Berdasarkan Tabel 2 menunjukan bahwa dari 185 responden, 20 orang atau sebesar 10,8% responden menyatakan bahwa kemampuan mengajar guru pada SMA Negeri Se-Malang Raya dalam kategori sangat tinggi, 154 orang atau sebesar 83,2% responden berada dalam kategori tinggi, 11 orang atau sebesar 5,9% responden berada dalam kategori cukup, dan tidak ada responden yang menyatakan kemampuan mengajar guru rendah.
Skor rata-rata untuk variabel kemampuan mengajar guru berdasarkan frekuensinya diperoleh skor sebesar 77,62 dan termasuk dalam rentangan skor 67–86 sehingga tingkat kemampuan mengajar guru dapat dikategorikan tinggi.
c) Inovasi Pendidikan
Gambaran data inovasi pendidikan, sebagaimana disajikan pada tabel 3.
Tabel 3 Kualifikasi Persentase Inovasi Pendidikan
No |
Rentang Skor |
Kriteria |
Frekuensi |
Persentase |
1 |
43 – 52 |
Sangat Baik |
9 |
4,9% |
2 |
33 – 42 |
Baik |
138 |
74,6% |
3 |
23 – 32 |
Cukup |
38 |
20,5% |
4 |
13 – 22 |
Tidak Baik |
- |
- |
TOTAL |
185 |
100% |
Berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa dari 185 responden, 9 orang atau sebesar 4,9% responden menyatakan bahwa inovasi pendidikan pada SMA Negeri Se-Malang Raya dalam kategori sangat baik, 138 orang atau sebesar 74,6% responden berada dalam kategori baik, 39 orang atau sebesar 20,5% responden berada dalam kategori cukup, dan tidak ada responden yang menyatakan inovasi pendidikan tidak baik.
Skor rata-rata untuk variabel inovasi pendidikan berdasarkan frekuensinya diperoleh skor sebesar 36,94 dan termasuk dalam rentangan skor 34 – 43 sehingga tingkat inovasi pendidikan pada SMA Negeri Se-Malang Raya dapat dikategorikan baik.
Pengujian Hipotesis
Langkah selanjutnya dari kegiatan penelitian setelah mendeskripsikan masing-masing variabel, adalah melakukan pengujian hipotesis penelitian. Adapun rumusan hipotesis kerja (Ha) yang diteliti adalah:
1. Ada hubungan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan inovasi pendidikan di SMA Negeri Se-Malang Raya.
2. Ada hubungan antara kemampuan mengajar guru dan inovasi pendidikan di SMA Negeri Se-Malang Raya.
- Ada hubungan perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kemampuan mengajar guru dengan inovasi pendidikan di SMA Negeri Se-Malang Raya.
Secara rinci akan dipaparkan hasil pengujian masing-masing hipotesis sebagai berikut.
a) Hipotesis 1 (Ada hubungan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan inovasi pendidikan di SMA Negeri Se-Malang Raya)
Hipotesis kerja (Ha) pertama yang diajukan adalah berhubungan dengan perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan inovasi pendidikan. Untuk menjaga netralitas peneliti, maka hipotesis kerja (Ha) tersebut diubah menjadi hipotesis nihil (H0) yang menyatakan tidak ada hubungan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan inovasi pendidikan
Berdasarkan perhitungan dengan analisis regresi, penelitian ini diperoleh harga rx1y sebesar -,125 dengan nilai p 0,067 dan rtabel pada taraf signifikan 5% (0,05) dengan jumlah sampel 185 adalah sebesar 0,148. Oleh karena rx1y < rtabel yaitu (-,125<0,148) maka H0 diterima. Dengan demikian tidak ada hubungan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan inovasi pendidikan.pada SMA Negeri Se-Malang Raya.
b) Hipotesis 2 (Ada hubungan antara kemampuan mengajar guru dan inovasi pendidikan di SMA Negeri Se-Malang Raya)
Hipotesis kerja (Ha) kedua yang diajukan adalah berhubungan dengan kemampuan mengajar guru dan inovasi pendidikan. Untuk menjaga netralitas penliti, maka hipotesis kerja (Ha) tersebut diubah menjadi hipotesis nihil (H0) yang menyatakan tidak ada hubungan antara kemampuan mengajar guru dan inovasi pendidikan
Berdasarkan perhitungan dengan analisis regresi, penelitian ini diperoleh harga rx1y sebesar 0,171 dengan nilai p 0,010 dan rtabel pada taraf signifikan 5% (0,05) dengan jumlah sampel 185 adalah sebesar 0,148. Oleh karena rx1y > rtabel yaitu (0,171>0,148) maka H0 ditolak. Dengan demikian ada hubungan yang signifikan antara kemampuan mengajar guru dan inovasi pendidikan pada SMA Negeri Se-Malang Raya.
c) Hipotesis 3 (Ada hubungan perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kemampuan mengajar guru dengan inovasi pendidikan di SMA Negeri Se-Malang Raya)
Hipotesis kerja (Ha) ketiga yang diajukan adalah berhubungan dengan perilaku kepemimpinan kepala sekolah, kemampuan mengajar guru dan inovasi pendidikan. Untuk menjaga netralitas penliti, maka hipotesis kerja (Ha) tersebut diubah menjadi hipotesis nihil (H0) yang menyatakan tidak ada hubungan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kemampuan mengajar guru dengan inovasi pendidikan.
Berdasarkan perhitungan dengan analisis regresi, penelitian ini diperoleh harga rx1y sebesar 0,271 dengan nilai p 0,013 dan rtabel pada taraf signifikan 5% (0,05) dengan jumlah sampel 185 adalah sebesar 0,148. Oleh karena rx1y < rtabel yaitu (0,271>0,148) maka H0 ditolak. Dengan demikian ada hubungan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kemampuan mengajar guru dengan inovasi pendidikan pada SMA Negeri Se-Malang Raya.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dalam pembahasan temuan hasil penelitian dibagi dalam enam sub-pembahasan, yaitu bagaimana perilaku kepemimpinan kepala sekolah, kemampuan mengajar guru, inovasi pendidikan, hubungan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan inovasi pendidikan, hubungan antara kemampuan mengajar guru dan inovasi pendidikan, dan secara bersama-sama hubungan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kemampuan mengajar guru terhadap inovasi pendidikan.
Berikut disajikan pembahasan temuan hasil penelitian berdasarkan sub bahasan yang telah ditentukan.
- Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah
Hasil pengolahan data tentang perilaku kepemimpinan kepala sekolah menunjukan bahwa secara umum berada dalam kategori baik. Hal ini terbukti dari 105 orang responden atau sebesar 56,8% menyatakan perilaku kepemimpinan kepala sekolah dalam kategori baik. Ini mengandung arti bahwa sebagian besar kepala sekolah baik yang berorientasi pada tugas maupun yang berorientasi pada hubungan manusiawi, memiliki perilaku yang baik.
Kepala sekolah memberikan kesempatan yang luas kepada guru-guru untuk melaksanakan tugas karena guru memiliki kemampuan dan keyakinan untuk memikul tanggung jawab dalam pengarahan perilaku. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa semakin tepat dalam memberikan tugas, petunjuk, dan penjelasan kepada guru akan memberikan pengaruh yang positif terhadap kemampuan guru khususnya dalam mengelola proses belajar mengajar.
Temuan ini mendukung temuan Halpin (1996:77) yang menyatakan bahwa perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang sengaja didayagunakan untuk memperkokoh pola organisasi dalam rangka mencapai tujuan. Untuk mecapai tujuan atau hasil itu, pemimpin menggunakan instrument komunikasi, prosedur, dan metode. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Siagian (1999:120) bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang dalam memberikan penekanan dan peranannya selaku pemrakarsa struktur organisasi atau tugas yang akan dilaksnakan ini merupakan gambaran dari seorang pemimpin yang menunjukan sejauhmana pemimpin tersebut mndefinisikan dan menyusun peran bawahan dalam suatu usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Disamping beroerientasi pada tugas, perilaku kepala sekolah juga diharapkan beorientasi pada hubungan manusiawi. Dalam kaitan ini, kepala sekolah tidak bisa mengabaikan hubungan antara dirinya dengan para guru dalam artian bahwa kepala sekolah selalu mendorong guru untuk menggunakan kemampuannya secara optimal, mendengar, dan merespon kesukaran yang dialami guru, di samping itu kepala sekolah menyadari bahwa guru mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan baik, dan menghargai hasil pemikirannya, serta memberikan kesempatan kepada guru untuk tumbuh dan berkembang dalam profesinya. Hal senada dikemukakan oleh Yukl (2002) bahwa perilaku seorang pemimpin secara langsung mempengaruhi sikap dan perilaku orang yang ditargetkan, dan hasilnya dapat dijelaskan dalam hubugannya dengan komitmen, kepatuhan, atau perlawanan dari bawahan.
- Kemampuan Mengajar Guru
Hasil pengolahan data tentang kemampuan mengajar guru menunjukan bahwa dari 185 responden, sebanyak 154 orang responden atau sekitar 83,2% menyatakan kemampuan mengajar guru dalam kategori tinggi. Dengan kondisi seperti ini menunjukan bahwa seorang guru akan lebih dapat menciptakan lingkungan belajar yang efekif dan kondusif serta lebih baik dalam pengelolaan kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal.
Guru adalah sosok yang memegang peranan penting dalam pendidikan sehingga ia harus melaksanaka tugasnya secara bertanggung jawab. Hal ini ditunjukkan dengan jelas bagaimana guru-guru SMA Negeri se-Malang Raya dalam melaksanakan tanggung jawabnya mulai dari perencanaan, pelaksanaan, prosedur pembelajaran, dan penciptaan hubungan harmonis antara guru dengan siswa. Usman (2004:21) mengemukakan peran guru sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak selaku fasiltator yang berusaha menciptakan kondisi lingkungan belajar mengajar yang efektif sehingga memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan ajar dengan baik, meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, untuk menjadi guru maka dituntut untuk mempunyai kemampuan dalam mengajar. Kemampuan mengajar dimaksud meliputi kemampuan untuk mengelola kelas, merencanakan pengajaran, melaksanakan pengajaran, dan tentunya memiliki kemampuan dalam mengevaluasi hasil belajar siswanya.
- Inovasi Pendidikan
Hasil pengolahan data tentang inovasi pendidikan menunjukan bahwa dari 185 responden, sebanyak 138 orang responden atau sekitar 74,6% menyatakan inovasi pendidikan dalam kategori baik. Dengan kondisi seperti ini menunjukan bahwa guru SMA Negeri Se-Malang Raya dalam hal inovasi pendidikan berada pada tingkat yang optimal. Hal ini tentunya sangat berkaitan dengan tugas yang diembannya, yaitu memberikan pengajaran pada siswa.
Guru sebagai tenaga yang telah dipandang memiliki keahlian tertentu dalam bidang pendidikan, diserahi tugas dan wewenang untuk mengelola kegiatan belajar mengajar agar dapat mencapai tujuan tertentu, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan institusional yang telah dirumuskan. Untuk menujang keberhasilan dalam menjalankan tugas, maka guru dituntut untuk dapat menciptakan kreasi-kreasi (inovasi) yang berkaitan dengan pembelajaran. Inovasi pendidikan merupakan suatu hal yang harus diupayakan oleh guru. Berkenaan dengan inovasi, Ibrahim (1988:40) memberikan arti inovasi yaitu suatu ide, barang, kejadian, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invensi maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, disamping guru dituntut untuk mempunyai kemampuan mengajar, guru juga diharapkan bisa menciptakan inovasi-inovasi dalam pendidikan.
- Hubungan antara Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan inovasi Pendidikan pada SMA Negeri Se-Malang Raya
Hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan atau memiliki hubungan yang positif antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan inovasi pendidikan. Hal ini berdasarkan hasil pegujian hipotesis yang telah dilakukan diketahui bahwa harga rx1y sebesar -,125 dengan nilai p 0,067 dan rtabel pada taraf signifikan 5% (0,05) dengan jumlah sampel 185 adalah sebesar 0,148. Oleh karenanya rx1y < rtabel yaitu (-,125<0,148.
Ketidakadaan hubungan ini dimungkinkan karena kepala sekolah kurang memberikan dorongan atau motivasi kepada para guru untuk menciptakan inovasi-inovasi pendidikan khususnya dalam bidang pembelajaran.
- Hubungan antara Kemampuan Mengajar guru dan Inovasi Pendidikan pada SMA Negeri Se-Malang Raya
Berdasarkan hasil pegujian hipotesis yang telah dilakukan diketahui bahwa harga rx1y sebesar 0,171 dengan nilai p 0,010 dan rtabel pada taraf signifikan 5% (0,05) dengan jumlah sampel 185 adalah sebesar 0,148. Oleh karena rx1y > rtabel yaitu (0,171>0,148). Dengan demikian ada hubungan yang signifikan antara kemampuan mengajar guru dan inovasi pendidikan pada SMA Negeri Se-Malang Raya.
Temuan di atas sejalan dengan pendapat Broke dan Stone dalam Wijaya dan Rusyan (1991:7) bahwa kemampuan adalah gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru atau tenaga kependidikan yang tampak sangat berarti. Kata “kemampuan” menurut Charles E. Jhonson et al. Dalam Wijaya dan Rusyan (1991:8) yaitu kemampuan merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
Dengan demikian kemampuan mengajar guru memiliki kaitan erat dengan inovasi pendidikan. Guru dalam menjalankan tugasnya, dituntut untuk bisa menciptakan ide-ide baru (inovasi) dalam proses pembelajaran. Inovasi dimaksud bisa berupa penciptaan media pembelajaran, bahan ajar, maupun pengelolaan kelas.
- Hubungan antara Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kemampuan Mengajar Guru dan Inovasi Pendidikan pada SMA Negeri Se-Malang Raya
Berdasarkan hasil pegujian hipotesis yang telah dilakukan diketahui bahwa harga rx1y sebesar 0,271 dengan nilai p 0,013 dan rtabel pada taraf signifikan 5% (0,05) dengan jumlah sampel 185 adalah sebesar 0,148. Oleh karena rx1y < rtabel yaitu (0,271>0,148) maka ada hubungan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kemampuan mengajar guru dengan inovasi pendidikan pada SMA Negeri Se-Malang Raya.
Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan Yukl (2002) bahwa pemimpin secara langsung mempengaruhi sikap dan perilaku orang yang ditargetkan, dan hasilnya dapat dijelaskan dalam hubungannya dengan komitmen, kepatuhan atau perlawanan dai para bawahan. Penemuan dalam penelitian ini menunjukan bahwa kemampuan mengajar guru khususnya dalam mengelola proses belajar mengajar di sekolah dapat dikatakan baik. Hal ini tidak lepas dari kepemimpinan kepala sekolah dalam mempengaruhi komitmen bawahan agar berprestasi (dalam bertugas) dalam rangka mencapai atau mendukung tujuan organisasi di masa mendatang. Untuk bisa berprestasi maka guru diharapkan dapat menciptakan kreasi-kreasi (inovasi) dalam proses belajar mengajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan didukung dengan adanya kemampuan mengajar guru, akan melahirkan inovasi-inovasi dalam bidang pendidikan.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut.
- Perilaku kepemimpinan kepala sekolah pada SMA Negeri se-Malang Raya dalam kategori baik. Dalam kaitan ini, kepala sekolah tidak bisa mengabaikan hubungan antara dirinya dengan para guru dalam artian bahwa, kepala sekolah selalu mendorong guru untuk menggunakan kemampuannya secara optimal, mendengar, dan merespon kesukaran yang dialami guru, di samping itu kepala sekolah menyadari bahwa guru mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan baik, dan menghargai hasil pemikirannya, serta memberikan kesempatan kepada guru untuk tumbuh dan berkembang dalam profesinya. Hal senada dikemukakan oleh Yukl (2002) bahwa perilaku seorang pemimpin secara langsung mempengaruhi sikap dan perilaku orang yang ditargetkan, dan hasilnya dapat dijelaskan dalam hubugannya dengan komitmen, kepatuhan, atau perlawanan dari bawahan.
- Tingkat kemampuan mengajar guru pada SMA Negeri se-Malang Raya berada dalam kategori tinggi. Guru adalah sosok yang memegang peranan penting dalam pendidikan sehingga ia harus melaksanaka tugasnya secara bertanggung jawab. Hal ini ditunjukkan dengan jelas bagaimana guru-guru SMA Negeri se-Malang Raya dalam melaksanakan tanggung jawabnya mulai dari perencanaan, pelaksanaan, prosedur pembelajaran, dan penciptaan hubungan harmonis antara guru dengan siswa. Peran guru sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak selaku fasiltator yang berusaha menciptakan kondisi lingkungan belajar mengajar yang efektif sehingga memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan ajar dengan baik, meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai.
- Tingkat inovasi pendidikan pada SMA Negeri se-Malang Raya berada dalam kategori baik. Guru sebagai tenaga yang telah dipandang memiliki keahlian tertentu dalam bidang pendidikan, diserahi tugas dan wewenang untuk mengelola kegiatan belajar mengajar agar dapat mencapai tujuan tertentu, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan institusional yang telah dirumuskan. Untuk menujang keberhasilan dalam menjalankan tugas, maka guru dituntut untuk dapat menciptakan kreasi-kreasi (inovasi) yang berkaitan dengan pembelajaran. Inovasi pendidikan merupakan suatu hal yang harus diupayakan oleh guru.
- Tidak ada hubungan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan inovasi pendidikan pada SMA Negeri se-Malang Raya. Ketidakadaan hubungan ini dimungkinkan karena kepala sekolah kurang memberikan dorongan atau motivasi kepada para guru untuk menciptakan inovasi-inovasi pendidikan khususnya dalam bidang pembelajaran
- Ada hubungan yang signifikan antara kemampuan mengajar guru dan inovasi pendidikan pada SMA Negeri se-Malang Raya. Kemampuan mengajar guru memiliki kaitan erat dengan inovasi pendidikan. Guru dalam menjalankan tugasnya, dituntut untuk bisa menciptakan ide-ide baru (inovasi) dalam proses pembelajaran. Inovasi dimaksud bisa berupa penciptaan media pembelajaran, bahan ajar, maupun pengelolaan kelas.
- Ada hubungan yang signifikan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah, kemampuan mengajar guru dan inovasi pendidikan pada SMA Negeri se-Malang Raya. Hal ini tidak lepas dari kepemimpinan kepala sekolah dalam mempengaruhi komitmen bawahan agar berprestasi (dalam bertugas) dalam rangka mencapai atau mendukung tujuan organisasi di masa mendatang. Untuk bisa berprestasi maka guru diharapkan dapat menciptakan kreasi-kreasi (inovasi) dalam proses belajar mengajar.
Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka disarankan pada.
- Kepala Sekolah
Kepala sekolah perlu meningkatkan perilaku, baik yang berorientasi pada tugas maupun yang berorientasi hubungan manusia. Peningkatan perilaku yang berorientasi pada tugas dengan jalan: (a) perencanaan, (b) pemecahan masalah, (c) menjelaskan akan tugas pada guru, (d) pedoman pemberian tugas, tanggung jawb, dan wewenang, dan (e) memantau kegiatan. Peningkatan perilaku yang berorientasi pada hubungan manusia dengan jalan: (a) mendukun, (b) mengembangkan hubungan, (c) memberi pengakuan, (d) member imbalan, dan (e) mengelola konflik. Disamping itu kepala sekolah memberikan kesempatan pada guru untuk bisa menciptakan ide-ide baru (inovasi) dalam proses pengajaran.
- Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan wawasan pengetahuan agar lebih meningkatkan kemampuannya dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru hendaknya terampil dalam menciptakan berbagai inovasi dalam proses pengajaran/pembelajaran,
- Peneliti lain
Dapat mengembangkan hasil penelitian ini dengan menambahkan variabel lain yang belum diteliti dalam penelitian ini.
DAFTAR RUJUKAN
Halpin, A.W. 1996. Theory and Research In Administration. New York: The Macmillan Company.
- Inovasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud. Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Indrafachrudi, S. 1996. Bagaimana Memimpin Sekolah yang Efektif. Malang: CV. Ardi Manunggal Jaya.
Mulyasa, E. 2004. Manajemen Berbasis sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi. Bandung; Remaja Rosdakarya.
Nurtjahyo, M. 2000. Hubungan perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan Motivasi dan Kinerja Guru Kelompok Kerja Pendidikan Sistem Ganda pada SMK Negeri di Kota Surabaya. Tesis. Tidak diterbitkan. Malang: UM.
Pasaribu,I.L. dan Simandjuntak, B. 1980. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.
Robbins, S.P. 1996. Perilaku Organisasi:konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jilid 2. Jakarta: PT. Prenhallindo.
Sadiman, A. S. 1984. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: CV. Rajawali.
Siagian, S.P. 1999. Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta: Rineka Cipta.
Saputra, dkk.. 2003. strategi Pembelajaran: Bahan Sajian Program Pendidikan Akta Mengajar. Malang: CV. Rajawali.
Sardiman, A. M. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Saputra, S. 2001. manajemen Pembaharuan Pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Jendral Sudirman Malang. Tesis: Tidak diterbitkan. Malang:UM.
Setyosari, P. 2001. Rancangan Pembelajaran: teori dan praktek. Malang: Elang Mas.
- Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Tim Pakar Manajemen Pendidikan. 2003. Manajemen Pendidikan: Analisis Substantif Dan Aplikasinya dalam Institusi Pendidikan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Ulfatin, N. Tanpa tahun. Manajemen Kelas: dari Tradisional Menuju Modern. Malang: FIP UM.
Usman, M.U. 2004. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
- Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wijaya dan Rusyan. 1991. Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rusdakarya.
Yukl, G.A. 2002. Leadership in Organizations. (5th). Upper Saddle River: Prenice Hall.
Posting oleh Rade Bambang 11 tahun yang lalu - Dibaca 38336 kali
Digitalisasi Percepat Transformasi Layanan Pendidikan
JAKARTA - Sejak pandemi melanda, sekolah-sekolah diliburkan dan kegiatan belajar mengajar dilakukan dari rumah....
KESIAPAN MENGHADAPI PERUBAHAN PADA GURU SEKOLAH DASAR TERHADAP JENIS BUDAYA DAN DUKUNGAN ORGANISASI
Abstract: The study investigates the relation of the readiness for change of an elementary school...