Memahami "Penderitaan" Siswa di Kelas
Selasa, 14/05/2019 13:17:53
Wilson Bhara Watu
Jakarta -
https://news.detik.com/kolom/d-4548485/memahami-penderitaan-siswa-di-kelas?_ga=2.141376699.803053496.1557814446-413133760.1557298477
Jakarta -
Seorang teman yang bekerja sebagai dosen muda di salah satu perguruan tinggi swasta pernah "curhat". Suatu kali, setelah ia selesai memberikan penjelasan panjang tentang salah satu materi kuliah, seorang mahasiswa angkat tangan dan bertanya. Teman saya bersemangat karena ada mahasiswa yang antusias dengan materi kuliahnya. Namun, ia akhirnya kecewa karena yang ditanyakan bukan tentang materi kuliah, tetapi pertanyaan geli, "Untuk apa kami harus mempelajari semua materi yang bapak jelaskan?"
Ia kecewa karena telah menghabiskan satu jam lebih untuk memberikan penjelasan, dan ia telah mempersiapkan materi tersebut lebih dari dua minggu. Saya kemudian tersenyum sambil mengatakan bahwa bukan dia saja yang mendapat pertanyaan seperti itu. Saya juga pernah mendapatkan pertanyaan serupa yang datang dari siswa sekolah dasar. Bunyi pertanyaannya juga mirip, "Pak, apa pentingnya kami belajar semua yang bapak jelaskan?"
Jika Anda mendapat pertanyaan tersebut, sering muncul godaan untuk menghakimi bahwa siswa zaman sekarang bermental instan, malas berpikir, atau juga berdaya juang rendah. Namun, sebaiknya penilaian seperti itu mesti diberi tanda kurung karena terlalu dini dan subjektif. Secara pribadi, saya melihat bahwa pertanyaan tersebut merupakan umpan balik dari metode serta relevansi materi yang saya sampaikan di kelas. Tepatnya, pertanyaan "nakal" tersebut merupakan akibat dari "penderitaan" yang para siswa alami ketika mereka harus mempelajari hal yang konteks dan titik tolaknya belum mereka pahami.
Ia kecewa karena telah menghabiskan satu jam lebih untuk memberikan penjelasan, dan ia telah mempersiapkan materi tersebut lebih dari dua minggu. Saya kemudian tersenyum sambil mengatakan bahwa bukan dia saja yang mendapat pertanyaan seperti itu. Saya juga pernah mendapatkan pertanyaan serupa yang datang dari siswa sekolah dasar. Bunyi pertanyaannya juga mirip, "Pak, apa pentingnya kami belajar semua yang bapak jelaskan?"
Jika Anda mendapat pertanyaan tersebut, sering muncul godaan untuk menghakimi bahwa siswa zaman sekarang bermental instan, malas berpikir, atau juga berdaya juang rendah. Namun, sebaiknya penilaian seperti itu mesti diberi tanda kurung karena terlalu dini dan subjektif. Secara pribadi, saya melihat bahwa pertanyaan tersebut merupakan umpan balik dari metode serta relevansi materi yang saya sampaikan di kelas. Tepatnya, pertanyaan "nakal" tersebut merupakan akibat dari "penderitaan" yang para siswa alami ketika mereka harus mempelajari hal yang konteks dan titik tolaknya belum mereka pahami.
Pertanyaan Pelecut
Setelah saya mendapatkan pertanyaan menohok dari siswa tersebut, saya bertanya pada diri saya, "Apa yang salah dengan materi yang saya sampaikan atau metode yang saya gunakan?" Saya menemukan ada satu kesalahan fatal yang ternyata selalu saya ulang. Kesalahan tersebut adalah absennya konteks dari materi yang saya sampaikan.
Saya tidak mengajak siswa saya melihat pengalaman nyata, narasi, atau pun juga fakta-fakta yang mereka kenal untuk dijadikan titik tolak dari proses pembelajaran yang ada. Saya juga abai mengajukan pertanyaan pembuka yang bisa membantu mereka berpikir tentang apa yang akan mereka pelajari.
Pada umumnya begitu saya masuk kelas, saya langsung memulainya dengan ceramah. Itu kesalahan fatal. Wajar kalau para siswa "menderita" selama proses belajar mengajar dan merasa kecewa serta mengajukan pertanyaan "nakal" tersebut.
Pembelajaran yang tepat sasar seharusnya menempatkan konteks dalam prosesnya. Siswa diajak untuk paham mengapa dia belajar tema ini serta dalam hal apa saja tema tertentu bisa membantu dia dalam menyelesaikan masalah-masalahnya sehari-hari. Sebagai contoh, saat pelajaran moral, saya tidak langsung menceramahi para siswa dengan doktrin moral yang mungkin tidak mereka pahami. Jika tema pembicaraannya adalah tentang menyikapi kesalahan orang lain, saya akan terlebih dahulu memberikan contoh tentang dua kondisi masyarakat dalam menyikapi kesalahan.
Masyarakat yang satu adalah masyarakat yang suka mencela orang yang berbuat salah dengan menghakimi secara masal, dan masyarakat yang lain adalah masyarakat yang menolong orang yang berbuat salah dengan ajakan untuk berubah. Kemudian saya akan meminta mereka untuk memilih menjadi bagian dari masyarakat yang mana dengan alasan yang kuat lalu membantu mereka menyadari keterbatasan dari setiap kondisi masyarakat yang mereka pilih. Dengan demikian, mereka tahu tindakan apa yang seharusnya diambil ketika orang lain berbuat salah atau melanggar norma masyarakat karena mereka paham konteksnya.
Jika itu adalah pembelajaran sains misalnya, maka proses itu lebih hidup jika dimulai dengan pertanyaan tentang fakta-fakta seputar kehidupan para siswa sehari-hari, misalnya "mengapa telur mengambang di air yang asin dan tenggelam di air tawar?" Proses itu akan lebih menantang ketimbang memulainya dengan menjelaskan apa itu massa jenis dan bagaimana cara menghitung massa jenis dengan rumus yang abstrak.
Dengan cara itu para siswa pun akan perlahan-lahan paham penerapan hukum-hukum sains dalam skala yang lebih luas. Dalam konteks ini, pertanyaan yang tepat dapat menjadi pembuka yang baik dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan pertanyaan tersebut, siswa paham dari mana asal konteks pembelajaran dan ke mana arah dari seluruh proses tersebut akan berlabuh.
Setelah saya mendapatkan pertanyaan menohok dari siswa tersebut, saya bertanya pada diri saya, "Apa yang salah dengan materi yang saya sampaikan atau metode yang saya gunakan?" Saya menemukan ada satu kesalahan fatal yang ternyata selalu saya ulang. Kesalahan tersebut adalah absennya konteks dari materi yang saya sampaikan.
Saya tidak mengajak siswa saya melihat pengalaman nyata, narasi, atau pun juga fakta-fakta yang mereka kenal untuk dijadikan titik tolak dari proses pembelajaran yang ada. Saya juga abai mengajukan pertanyaan pembuka yang bisa membantu mereka berpikir tentang apa yang akan mereka pelajari.
Pada umumnya begitu saya masuk kelas, saya langsung memulainya dengan ceramah. Itu kesalahan fatal. Wajar kalau para siswa "menderita" selama proses belajar mengajar dan merasa kecewa serta mengajukan pertanyaan "nakal" tersebut.
Pembelajaran yang tepat sasar seharusnya menempatkan konteks dalam prosesnya. Siswa diajak untuk paham mengapa dia belajar tema ini serta dalam hal apa saja tema tertentu bisa membantu dia dalam menyelesaikan masalah-masalahnya sehari-hari. Sebagai contoh, saat pelajaran moral, saya tidak langsung menceramahi para siswa dengan doktrin moral yang mungkin tidak mereka pahami. Jika tema pembicaraannya adalah tentang menyikapi kesalahan orang lain, saya akan terlebih dahulu memberikan contoh tentang dua kondisi masyarakat dalam menyikapi kesalahan.
Masyarakat yang satu adalah masyarakat yang suka mencela orang yang berbuat salah dengan menghakimi secara masal, dan masyarakat yang lain adalah masyarakat yang menolong orang yang berbuat salah dengan ajakan untuk berubah. Kemudian saya akan meminta mereka untuk memilih menjadi bagian dari masyarakat yang mana dengan alasan yang kuat lalu membantu mereka menyadari keterbatasan dari setiap kondisi masyarakat yang mereka pilih. Dengan demikian, mereka tahu tindakan apa yang seharusnya diambil ketika orang lain berbuat salah atau melanggar norma masyarakat karena mereka paham konteksnya.
Jika itu adalah pembelajaran sains misalnya, maka proses itu lebih hidup jika dimulai dengan pertanyaan tentang fakta-fakta seputar kehidupan para siswa sehari-hari, misalnya "mengapa telur mengambang di air yang asin dan tenggelam di air tawar?" Proses itu akan lebih menantang ketimbang memulainya dengan menjelaskan apa itu massa jenis dan bagaimana cara menghitung massa jenis dengan rumus yang abstrak.
Dengan cara itu para siswa pun akan perlahan-lahan paham penerapan hukum-hukum sains dalam skala yang lebih luas. Dalam konteks ini, pertanyaan yang tepat dapat menjadi pembuka yang baik dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan pertanyaan tersebut, siswa paham dari mana asal konteks pembelajaran dan ke mana arah dari seluruh proses tersebut akan berlabuh.
Jangan Melebar
Godaan lain yang sering kali muncul dalam proses pembelajaran di kelas adalah menyuplai banyak materi dalam waktu singkat. Saya kadang terperangkap dalam kesalahan ini. Bayangkan saja jika satu proses pembelajaran di kelas dimulai dengan tema bahasan "Stratifikasi Sosial", namun berakhir dengan pembahasan tentang kelayakan seseorang untuk masuk surga atau neraka. Dalam kondisi tersebut, para siswa akan menemukan kesulitan dalam menjaga fokus pemahaman pada tema tertentu.
Keberhasilan proses pembelajaran tidak tergantung dari berapa banyak materi yang disampaikan, tetapi pada dalamnya pemahaman para siswa pada tema yang spesifik. Siswa seharusnya tidak perlu dibebani dengan begitu banyak tema dalam satu proses pembelajaran sehingga mereka mampu menangkap kata kunci yang mudah diingat.
Pertanyaan yang kontekstual dan fokus yang tepat adalah dua kunci penting dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan dua kunci tersebut proses pembelajaran akan berjalan lebih menarik dan akhirnya siswa ditolong untuk menemukan pemahaman yang tepat dan sadar bahwa "ternyata ini penting to!"
Godaan lain yang sering kali muncul dalam proses pembelajaran di kelas adalah menyuplai banyak materi dalam waktu singkat. Saya kadang terperangkap dalam kesalahan ini. Bayangkan saja jika satu proses pembelajaran di kelas dimulai dengan tema bahasan "Stratifikasi Sosial", namun berakhir dengan pembahasan tentang kelayakan seseorang untuk masuk surga atau neraka. Dalam kondisi tersebut, para siswa akan menemukan kesulitan dalam menjaga fokus pemahaman pada tema tertentu.
Keberhasilan proses pembelajaran tidak tergantung dari berapa banyak materi yang disampaikan, tetapi pada dalamnya pemahaman para siswa pada tema yang spesifik. Siswa seharusnya tidak perlu dibebani dengan begitu banyak tema dalam satu proses pembelajaran sehingga mereka mampu menangkap kata kunci yang mudah diingat.
Pertanyaan yang kontekstual dan fokus yang tepat adalah dua kunci penting dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan dua kunci tersebut proses pembelajaran akan berjalan lebih menarik dan akhirnya siswa ditolong untuk menemukan pemahaman yang tepat dan sadar bahwa "ternyata ini penting to!"
Wilson Bhara Watu alumnus STFK Ledalero dan Magister Ilmu Pendidikan Universitas Pelita Harapan, guru Sekolah Dasar di Bekasi
https://news.detik.com/kolom/d-4548485/memahami-penderitaan-siswa-di-kelas?_ga=2.141376699.803053496.1557814446-413133760.1557298477
Posting oleh Desi Eri K 6 tahun yang lalu - Dibaca 70676 kali
Tag :
#MBS #PSM #peransiswa #peranguru #bebanbelajar #bebansiswa
Berikan Komentar Anda
Artikel Pilihan
Bacaan Lainnya
Artikel
Senin, 08/03/2021 10:49:35Digitalisasi Percepat Transformasi Layanan Pendidikan
JAKARTA - Sejak pandemi melanda, sekolah-sekolah diliburkan dan kegiatan belajar mengajar dilakukan dari rumah....
Artikel
Selasa, 02/03/2021 09:57:29KESIAPAN MENGHADAPI PERUBAHAN PADA GURU SEKOLAH DASAR TERHADAP JENIS BUDAYA DAN DUKUNGAN ORGANISASI
Abstract: The study investigates the relation of the readiness for change of an elementary school...
7 Pilar MBS
Pilar
Tujuh pilar MBS yaitu kurikulum dan pembelajaran, peserta didik pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, hubungan sekolah dan masyarakat, dan budaya dan lingkungan sekolah.
Manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis sekolah adalah pengaturan kurikulum dan...
Informasi Terbaru
Penelitian
Penelitian
http://journal.um.ac.id/index.php/jmp/article/view/6093
Modul dan Pedoman
Digitalisasi Percepat Transformasi Layanan...
Senin, 08/03/2021 10:49:35
KESIAPAN MENGHADAPI PERUBAHAN PADA GURU SEKOLAH...
Selasa, 02/03/2021 09:57:29
PROFIL KARAKTER SEMANGAT KEBANGSAAN PADA SEKOLAH...
Senin, 15/02/2021 15:16:57
PENINGKATAN PARTISIPASI ORANGTUA PESERTA DIDIK...
Rabu, 03/02/2021 08:59:00
PROFIL KARAKTER SEMANGAT KEBANGSAAN PADA SEKOLAH...
Minggu, 24/01/2021 07:23:27
PEMBINAAN POTENSI KEPEMIMPINAN SISWA MELALUI...
Senin, 14/12/2020 09:18:40
Pengembangan Budaya Organisasi Sekolah Swasta...
Senin, 30/11/2020 09:07:18
Implementasi Kurikulum dan Pembelajaran di Masa...
Senin, 09/11/2020 08:38:41
Fokus Hari Ini
Tags
Berita Pilihan
Digitalisasi Percepat Transformasi Layanan...
Senin, 08/03/2021 10:49:35
KESIAPAN MENGHADAPI PERUBAHAN PADA GURU SEKOLAH...
Selasa, 02/03/2021 09:57:29
PROFIL KARAKTER SEMANGAT KEBANGSAAN PADA SEKOLAH...
Senin, 15/02/2021 15:16:57
PENINGKATAN PARTISIPASI ORANGTUA PESERTA DIDIK...
Rabu, 03/02/2021 08:59:00
PROFIL KARAKTER SEMANGAT KEBANGSAAN PADA SEKOLAH...
Minggu, 24/01/2021 07:23:27
PEMBINAAN POTENSI KEPEMIMPINAN SISWA MELALUI...
Senin, 14/12/2020 09:18:40
Pengembangan Budaya Organisasi Sekolah Swasta...
Senin, 30/11/2020 09:07:18
Implementasi Kurikulum dan Pembelajaran di Masa...
Senin, 09/11/2020 08:38:41
Terpopuler
Modul MBS
Paket Pelatihan 3
11 tahun yang lalu - dibaca 138138 kali
Paket Pelatihan 2
11 tahun yang lalu - dibaca 110386 kali
Paket Pelatihan 1
11 tahun yang lalu - dibaca 154958 kali
Berbagi Pengalaman Praktik yang Baik
11 tahun yang lalu - dibaca 115137 kali
MODUL 6 UNIT 3
9 tahun yang lalu - dibaca 120475 kali
Modul Pelatihan 6: Praktik Yang Baik
9 tahun yang lalu - dibaca 134766 kali
Panduan Lokakarya Bagi Fasilitator...
11 tahun yang lalu - dibaca 114974 kali
Praktik Yang Baik: Modul Keuangan...
11 tahun yang lalu - dibaca 92426 kali
Info MBS
3 Inspirasi Manajemen Berbasis Sekolah...
4 tahun yang lalu - dibaca 27804 kali
Melihat Kendala Terberat Saat Membuka...
4 tahun yang lalu - dibaca 28727 kali
Kemendikbud: Belajar dari Rumah Tidak...
4 tahun yang lalu - dibaca 48164 kali
Nasib Pelajar di Tengah Pandemi
4 tahun yang lalu - dibaca 54138 kali
Survei Kemendikbud: Peran Orangtua...
4 tahun yang lalu - dibaca 69389 kali
Hadapi Pandemi Covid-19, Kemendikbud...
4 tahun yang lalu - dibaca 43662 kali
Kemendikbud: Tahun Ajaran Baru Bukan...
4 tahun yang lalu - dibaca 42449 kali
New Normal di Dunia Pendidikan : PGRI...
4 tahun yang lalu - dibaca 61618 kali