Miftahul Jannah.Saat ini sedang hangat-hangatnya pembicaraan mengenai pentingnya penyelenggaraan pendidikan karakter karena menganggap karakter bangsa telah merosot. Hal ini dibuktikan dengan semakin tingginya korupsi di kalangan elit politik, perilaku anarkhis para supporter sepak bola, dan perilaku anak-anak muda di jalan raya (Nawawi, 2009:129). Pendidikan karakter menjadi hal yang sangat penting, karena karakter bangsa merupakan salah satu kunci untuk mempertahankan eksistensi bangsa di kancah internasional. Dengan munculnya program pendidikan karakter yang dicanangkan pemerintah, sekolah berlomba-lomba untuk menerapkan pendidikan karakter. Dengan menerapkan pendidikan karakter, sekolah berharap menghasilkan siswa yang berkarakter baik. Dengan demikian, sekolah menjadi wadah untuk membangun karakter bangsa.
Kedisiplinan merupakan salah satu hal yang harus ditegakkan di sekolah karena kedisiplinan adalah kunci sukses sekolah. Dengan adanya kedisiplinan yang tinggi dapat menjadi salah satu modal bagi sekolah untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan jam belajar yang padat yang diterima oleh siswa akselerasi, kedisiplinan menjadi hal yang harus diutamakan. Berdasarkan pengalaman sehari-hari, siswa non-akselerasi memiliki waktu luang lebih banyak, sehingga lebih sering meremehkan kedisiplinan terutama disiplin belajar. Dalam pembelajaran, guru yang mengajar siswa akselerasi maupun non-akselerasi sama-sama tidak hanya
transfer of knowledge saja, tetapi juga
character building.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik mengambil judul ‘Perbedaan Tingkat Kedisiplinan dan Karakter Pribadi Siswa Akselerasi dan Non-Akselerasi di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Malang 3’. Penelitian ini penting dilakukan karena dapat memberikan pengetahuan kepada pihak sekolah maupun masyarakat secara umum gambaran mengenai perbedaan tingkat kedisiplinan dan karakter pribadi siswa akselerasi dan non-akslerasi, sehingga dapat dijadikan referensi untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Kedisiplinan adalah kontinum konsistensi sikap seorang siswa terhadap segala bentuk tata-tertib, peraturan, dan norma yang berlaku di masyarakat. Kedisiplinan siswa terdiri dari sub-variabel: (1) Ketaatan terhadap Peraturan dan Tata Tertib Sekolah, (2) Disiplin Waktu, (3) Disiplin Perencanaan, (4) Disiplin terhadap Hasil Kepakatan, dan (5) Disiplin dalam Proses Pembelajaran.
Kedisiplinan siswa MTsN Malang 3 yang telah dijabarkan pada Tabel 1 dapat diartikan, bahwa dari 269 siswa MTsN Malang 3 Kelas VII, VIII, dan IX, sebanyak 202 siswa atau sebesar 75,1% memiliki tingkat kedisiplinan tinggi, 67 siswa atau sebesar 24,9% memiliki tingkat kedisiplinan sedang, dan 0 siswa atau sebesar 0% memiliki tingkat kedisiplinan rendah. Dari total sebanyak 269 siswa tersebut, sebanyak 34 siswa berasal dari Kelas Akselerasi dan 235 siswa berasal dari Kelas Non-Akselerasi.
Diketahui dari 34 siswa yang berasal dari Kelas Akselerasi, sebanyak 25 siswa atau sebesar 73,5% memiliki tingkat kedisiplinan tinggi, 9 siswa atau sebesar 26,5% memiliki tingkat kedisiplinan sedang, dan tidak ada siswa yang memiliki tingkat kedisiplinan rendah, sedangkan dari 235 siswa yang berasal dari Kelas Non-Akselerasi, sebanyak 177 siswa atau sebesar 75,3% memiliki tingkat kedisiplinan tinggi, 58 siswa atau 24,7% memiliki tingkat kedisiplinan sedang, dan tidak ada siswa yang memiliki tingkat kedisiplinan rendah.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahui rata-rata tingkat kedisiplinan siswa akselerasi sebesar 181,47 dan rata-rata tingkat kedisiplinan siswa non-akselerasi sebesar 183,41 (Tabel 3). Dari hasil tersebut diketahui, nilai rata-rata tingkat kedisiplinan siswa akselerasi dan siswa non-akselerasi terletak pada kelas interval dengan kategori tinggi. Oleh sebab itu, dapat dikatakan sebagian besar siswa baik dari Kelas Akselerasi, maupun Kelas Non-Akselerasi berada dalam kategori tinggi, sehingga dapat disimpulkan tingkat kedisiplinan siswa akselerasi dan siswa non-akselerasi keduanya sama-sama termasuk dalam kategori tinggi.
Dari total sebanyak 269 siswa MTsN Malang 3, sebanyak 104 berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 165 berjenis kelamin perempuan. Distribusi frekuensi untuk tingkat kedisiplinan siswa berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.
Berdasarkan Tabel 4, diketahui dari 104 siswa, sebanyak 75 siswa atau sebesar 72,1% memiliki tingkat kedisiplinan tinggi dan 29 siswa atau sebesar 27,9% memiliki tingkat kedisiplinan sedang, sedangkan dari 165 siswi, sebanyak 127 siswi atau sebesar 77% memiliki tingkat kedisiplinan tinggi dan 38 siswi atau sebesar 23% memiliki tingkat kedisiplinan sedang.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahui rata-rata tingkat kedisiplinan siswa sebesar 180,24 dan rata-rata tingkat kedisiplinan siswi sebesar 185,01. Dari hasil tersebut diketahui, nilai rata-rata tingkat kedisiplinan siswa dan siswi terletak pada kelas interval dengan kategori tinggi. Oleh sebab itu, dapat dikatakan sebagian besar siswa dan siswi berada dalam kategori tinggi, sehingga dapat disimpulkan tingkat kedisiplinan siswa dan siswi keduanya sama-sama termasuk dalam kategori tinggi.
Tingkat kedisiplinan siswa yang dijabarkan dalam lima sub-variabel dianalisis dengan Statistik Deskriptif, sehingga dapat diketahui kondisi masing-masing sub-variabel. Berdasarkan Hasil Analisis Statistik Deskriptif masing-masing sub-variabel kedisiplinan siswa, dapat diketahui tingkatan sub-variabel kedisiplinan yang dimiliki oleh siswa mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah.
Tingkat kedisiplinan siswa akselerasi yang tertinggi adalah ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib sekolah dan yang terendah adalah disiplin perencanaan. Untuk siswa non-akselerasi, tingkat kedisiplinan yang tertinggi adalah ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib sekolah dan yang terendah adalah disiplin waktu.
Karakter pribadi adalah prevalensi sifat atau watak yang dimiliki siswa yang terwujud dalam sikap dan perilaku sehari-hari, antara lain: kejujuran, toleransi, dan keberanian. Karakter pribadi terdiri dari sub-variabel: (1) Rasa Hormat, (2) Bertanggungjawab, (3) Kejujuran, (4) Keadilan, (5) Toleransi, (6) Kebijaksanaan, (7) Tolong-menolong, (8) Peduli Sesama, (9) Keberanian, dan (10) Sikap Demokratis.
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi kualitas karakter pribadi siswa MTsN Malang 3 dapat diartikan, bahwa dari 269 siswa MTsN Malang 3 Kelas VII, VIII, dan IX, sebanyak 206 siswa atau sebesar 76,6% memiliki kualitas karakter pribadi tinggi, 63 siswa atau sebesar 23,4% memiliki kualitas karakter pribadi sedang, dan 0 siswa atau sebesar 0% memiliki kualitas karakter pribadi rendah.
Dari total sebanyak 269 siswa tersebut, sebanyak 34 siswa berasal dari Kelas Akselerasi dan 235 siswa berasal dari Kelas Non-Akselerasi. Distribusi frekuensi untuk kualitas karakter pribadi siswa berdasarkan kelompok program siswa.
Dari 34 siswa yang berasal dari Kelas Akselerasi, sebanyak 24 siswa atau sebesar 70,6% memiliki kualitas karakter pribadi tinggi, 10 siswa atau sebesar 29,4% memiliki kualitas karakter pribadi sedang, dan tidak ada siswa yang memiliki kualitas karakter pribadi rendah, sedangkan dari 235 siswa yang berasal dari Kelas Non-Akselerasi, sebanyak 182 siswa atau sebesar 77,4% memiliki kualitas karakter pribadi tinggi, 53 siswa atau sebesar 22,6% memiliki kualitas karakter pribadi sedang, dan tidak ada siswa yang memiliki kualitas karakter pribadi rendah.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahui rata-rata kualitas karakter pribadi siswa akselerasi sebesar 175,29 dan rata-rata kualitas karakter pribadi siswa non-akselerasi sebesar 176,21. Dari hasil tersebut diketahui, nilai rata-rata kualitas karakter pribadi siswa akselerasi dan siswa non-akselerasi terletak pada kelas interval dengan kategori tinggi. Oleh sebab itu, dapat dikatakan sebagian besar siswa baik dari Kelas Akselerasi, maupun Kelas Non-Akselerasi berada dalam kategori tinggi, sehingga dapat disimpulkan kualitas karakter pribadi siswa akselerasi dan siswa non-akselerasi keduanya sama-sama termasuk dalam kategori tinggi.
Dari total sebanyak 269 siswa MTsN Malang 3, sebanyak 104 berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 165 berjenis kelamin perempuan. Distribusi frekuensi untuk kualitas karakter pribadi siswa berdasarkan jenis kelamin.
Dari 104 siswa, sebanyak 68 siswa atau sebesar 65,4% memiliki kualitas karakter pribadi tinggi dan 36 siswa atau sebesar 34,6% memiliki kualitas karakter pribadi sedang, sedangkan dari 165 siswi, sebanyak 138 siswi atau sebesar 83,6% memiliki kualitas karakter pribadi tinggi dan 27 siswi atau sebesar 16,4% memiliki kualitas karakter pribadi sedang.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahui rata-rata kualitas karakter pribadi siswa sebesar 170,81 dan rata-rata kualitas karakter pribadi siswi sebesar 179,42 (Tabel 11). Dari hasil tersebut diketahui, nilai rata-rata kualitas karakter pribadi siswa dan siswi terletak pada kelas interval dengan kategori tinggi. Oleh sebab itu, dapat dikatakan sebagian besar siswa dan siswi berada dalam kategori tinggi, sehingga dapat disimpulkan kualitas karakter pribadi siswa dan siswi keduanya sama-sama termasuk dalam kategori tinggi.
Karakter pribadi siswa yang dijabarkan dalam sepuluh sub-variabel dianalisis dengan Statistik Deskriptif, sehingga dapat diketahui kondisi masing-masing sub-variabel. Berdasarkan Hasil Analisis Statistik Deskriptif masing-masing sub-variabel karakter pribadi siswa, dapat diketahui tingkatan sub-variabel karakter pribadi yang dimiliki oleh siswa mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah.
Karakter pribadi siswa akselerasi yang tertinggi adalah kebijaksanaan dan yang terendah adalah keberanian. Untuk siswa non-akselerasi, karakter pribadi yang tertinggi adalah toleransi dan yang terendah adalah keberanian.
Hipotesis (H0) yang akan diuji secara statistik dalam penelitian ini menyatakan, bahwa “tidak ada perbedaan tingkat kedisiplinan antara siswa akselerasi dan non-akselerasi”. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai rata-rata (mean) kedisiplinan siswa akselerasi sebesar 181,47 sedangkan siswa non-akselerasi sebesar 183,41. Hasil analisis data yang dilakukan dengan Uji t diperoleh thit = -0,646; Sig t = 0,519 > 0,05 pada taraf kepercayaan 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0 di atas tidak ditolak (not rejected). Hal ini berarti, bahwa tidak ada perbedaan tingkat kedisiplinan antara siswa akselerasi dan non-akselerasi.
Hipotesis (H0) kedua yang akan diuji secara statistik dalam penelitian ini menyatakan, bahwa “tidak ada perbedaan kualitas karakter pribadi antara siswa akselerasi dan non-akselerasi”. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai rata-rata (mean) karakter pribadi siswa akselerasi sebesar 175,29 sedangkan siswa non-akselerasi sebesar 176,21. Hasil analisis data yang dilakukan dengan Uji t diperoleh thit = -0,306; Sig t = 0,760 > 0,05 pada taraf kepercayaan 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0 di atas tidak ditolak (not rejected). Hal ini berarti, bahwa tidak ada perbedaan kualitas karakter pribadi antara siswa akselerasi dan non-akselerasi.
Hipotesis (H0) ketiga yang akan diuji secara statistik dalam penelitian ini menyatakan, bahwa “tidak ada perbedaan tingkat kedisiplinan antara siswa dan siswi”. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai rata-rata (mean) kedisiplinan siswa sebesar 180,24 sedangkan siswi sebesar 185,01. Hasil analisis data yang dilakukan dengan Uji t diperoleh thit = -2,349 dengan Signifikansi t = 0,020 < 0,05 pada taraf kepercayaan 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0 di atas ditolak (rejected). Hal ini berarti, bahwa ada perbedaan tingkat kedisiplinan antara siswa dan siswi. Tingkat disiplin siswi cenderung lebih tinggi daripada tingkat disiplin siswa.
Hipotesis (H0) keempat yang akan diuji secara statistik dalam penelitian ini menyatakan, bahwa “tidak ada perbedaan kualitas karakter pribadi antara siswa dan siswi”. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai rata-rata (mean) karakter pribadi siswa sebesar 170,81 sedangkan siswi sebesar 179,42. Hasil analisis data yang dilakukan dengan Uji t diperoleh thit = -4,338 dengan Signifikansi t = 0,000 < 0,05 pada taraf kepercayaan 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0 di atas ditolak (rejected). Hal ini berarti, bahwa ada perbedaan kualitas karakter pribadi antara siswa dan siswi. Karakter pribadi siswi lebih berkualitas daripada karakter pribadi siswa.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dapat disimpulkan, bahwa secara umum tingkat kedisiplinan siswa akselerasi di MTsN Malang 3 berada dalam kategori tinggi. Hal ini terbukti rata-rata tingkat kedisiplinan siswa akselerasi sebesar 181,47. Dari hasil tersebut diketahui, nilai rata-rata tingkat kedisiplinan siswa akselerasi terletak pada kelas interval dengan kategori tinggi, sehingga dapat disimpulkan tingkat kedisiplinan siswa akselerasi di MTsN Malang secara umum berada dalam kategori tinggi.
Siswa akselerasi cenderung memiliki beban tugas belajar lebih banyak daripada siswa non-akselerasi, karena masa studi lebih cepat satu tahun dari siswa non-akselerasi. Hal ini mengakibatkan siswa akselerasi membutuhkan kedisiplinan yang tinggi agar semua tugas dan beban belajar terjadwal dengan baik, sehingga dapat diselesaikan tepat waktu. Lingkungan sekolah yang mengharuskan siswa akselerasi untuk menyelesaikan masa studi lebih cepat menjadi salah satu penyebab siswa akselerasi untuk bersikap disiplin. Sesuai dengan pendapat Fithriyah (2010:31-33) faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kedisiplinan bergantung pada siswa itu sendiri, sikap pendidik, lingkungan, dan tujuan.
Salah satu persyaratan siswa yang masuk program akselerasi, yakni memiliki emosi yang stabil, sehingga cukup kecil kemungkinan siswa akselerasi untuk melanggar ketentuan-ketentuan yang ada di sekolah. Pendidik Kelas Akselerasi yang tidak sembarangan dan harus memiliki skill khusus juga mempengaruhi kedisiplinan siswa akselerasi, karena sikap pendidik merupakan salah satu motivasi siswa untuk bersikap disiplin. Selain itu tujuan, dalam hal ini penanaman kedisiplinan yang diberikan guru kepada siswa akselerasi juga dapat mempengaruhi tingkat kedisiplinan siswa akselerasi.
Dengan demikian, tingkat kedisiplinan siswa akselerasi yang tergolong kategori tinggi disebabkan beberapa faktor, yakni siswa itu sendiri yang memiliki emosi yang cukup stabil, sikap pendidik yang cukup positif dan concern terhadap siswa akselerasi, serta lingkungan sekolah yang mendukung siswa akselerasi untuk berdisiplin tinggi.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dapat disimpulkan, bahwa secara umum tingkat kedisiplinan siswa non-akselerasi di MTsN Malang 3 berada dalam kategori tinggi. Hal ini terbukti rata-rata tingkat kedisiplinan siswa non-akselerasi sebesar 183,41. Dari hasil tersebut diketahui, nilai rata-rata tingkat kedisiplinan siswa non-akselerasi terletak pada kelas interval dengan kategori tinggi, sehingga dapat disimpulkan tingkat kedisiplinan siswa non-akselerasi di MTsN Malang secara umum berada dalam kategori tinggi. Hal ini mengandung arti, bahwa siswa non-akselerasi memiliki kesadaran yang tinggi untuk mematuhi segala bentuk peraturan dan tata tertib yang ada di sekolah.
Salah satu penyebab tingkat kedisiplinan siswa non-akselerasi yang tergolong kategori tinggi bisa disebabkan karena faktor lingkungan, yakni lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Berdasarkan data yang diperoleh, di samping sebagian besar pekerjaan orangtua siswa non-akselerasi sebagai wiraswasta, yakni sebesar 38,3%, selain itu pekerjaan orangtua siswa non-akselerasi sebagai guru/PNS juga cukup banyak, yakni sebesar 30,2%. Hal ini juga dapat mempengaruhi tingkat kedisiplinan siswa. Pekerjaan orangtua sebagai guru dapat membiasakan anak untuk berdisiplin tinggi karena memiliki pengalaman dalam mendidik siswa di sekolah. Sesuai dengan pendapat Hamalik (dalam Manihai, 2013:1) yang menyatakan, bahwa “situasi di dalam lingkungan keluarga besar pengaruhnya terhadap emosi, penyesuaian sosial, minat, disiplin, dan perbuatan siswa di sekolah”. Kemudian diperkuat dengan pendapat Yusuf (dalam Manihai, 2013:1) yang mengemukakan “lingkungan keluarga mempengaruhi perkembangan kemampuan anak untuk disiplin, toleran, dan bertanggungjawab”.
Lingkungan keluarga adalah tempat yang pertama kali mendidik anak menjadi baik. Dalam keluarga, siswa mendapat pengetahuan pertama tentang apapun, begitu juga dengan sikap disiplin. Sikap disiplin harus pertama kali ditanamkan pada anak ketika masih berada dalam lingkungan keluarga, karena keluarga adalah komunitas sosial kecil pertama yang diterjuni anak. Jika sikap disiplin sudah ditanamkan sejak dini dalam lingkungan keluarga, maka sikap disiplin pada anak akan menjadi suatu kebiasaan ketika anak berada di luar rumah.
Berdasarkan data yang diperoleh, selain sebanyak 63,8% siswa non-akselerasi bertempat tinggal di rumah, juga sebanyak 7,2% bertempat tinggal di asrama dan sebanyak 27,7% bertempat tinggal di pondok. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan, karena lingkungan asrama dan lingkungan pondok juga membiasakan dan mendidik siswa untuk bersikap disiplin yang tinggi dengan adanya jadwal-jadwal kegiatan yang harus diikuti.
Sesuai dengan pendapat Fithriyah (2010:31-33) salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kedisiplinan adalah lingkungan dan tujuan. Situasi lingkungan di sini meliputi lingkungan fisik (lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat). Tempat tinggal siswa non-akselerasi termasuk dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Tujuan yang dimaksud di sini adalah yang berkaitan dengan penanaman kedisiplinan, yakni penanaman kedisiplinan yang dilakukan selain dari pihak sekolah, juga dari pihak asrama dan pondok.
Dengan demikian, tingkat kedisiplinan siswa non-akselerasi yang tergolong tinggi disebabkan faktor, antara lain faktor lingkungan yang meliputi lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dalam hal ini pekerjaan orangtua, dan lingkungan masyarakat, yakni lingkungan pondok dan asrama yang mendukung siswa non-akselerasi untuk berdisiplin tinggi.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dapat disimpulkan, bahwa secara umum kualitas karakter pribadi siswa akselerasi di MTsN Malang 3 berada dalam kategori tinggi. Hal ini terbukti rata-rata kualitas karakter pribadi siswa akselerasi sebesar 175,29. Dari hasil tersebut diketahui, nilai rata-rata kualitas karakter pribadi siswa akselerasi terletak pada kelas interval dengan kategori tinggi, sehingga dapat disimpulkan kualitas karakter pribadi siswa akselerasi di MTsN Malang secara umum berada dalam kategori tinggi. Hal ini berarti karakter pribadi yang dimiliki oleh siswa akselerasi sangat berkualitas.
Sebelum siswa masuk dalam program akselerasi, diperlukan persyaratan khusus, di antaranya pelaksanaan tes psikologi di samping tes dalam bidang kemampuan akademik. Sesuai pendapat Hartati (2009:1) yang menyatakan, bahwa beberapa persyaratan agar program akselerasi tercapai secara memadai, antara lain “dilakukan evaluasi psikologi yang komprehensif untuk mengetahui berfungsinya kemampuan intelektual dan kepribadian siswa, di samping tingkat penguasaan akademiknya”. Oleh sebab itu, siswa yang masuk program akselerasi memiliki kemampuan intelektual dan kepribadian yang bagus, sehingga kualitas karakter pribadi siswa akselerasi berada dalam kategori tinggi.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dapat disimpulkan, bahwa secara umum kualitas karakter pribadi siswa non-akselerasi di MTsN Malang 3 berada dalam kategori tinggi. Hal ini terbukti rata-rata kualitas karakter pribadi siswa non-akselerasi sebesar 176,21. Dari hasil tersebut diketahui, nilai rata-rata kualitas karakter pribadi siswa non-akselerasi terletak pada kelas interval dengan kategori tinggi, sehingga dapat disimpulkan kualitas karakter priabadi siswa non-akselerasi di MTsN Malang secara umum berada dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan, bahwa karakter pribadi siswa non-akselerasi sangat berkualitas.
Faktor penyebab karakter kepribadian adalah genetik dan lingkungan. Sesuai pendapat Aniesandriya (2012:1) yang menyatakan faktor-faktor penyebab karakter kepribadian yaitu genetik (hereditas), lingkungan, belajar, pengasuhan orangtua, perkembangan, kesadaran, dan ketidaksadaran. Berdasarkan data yang diperoleh, sebanyak 63,8% siswa non-akselerasi bertempat tinggal di rumah, sebanyak 7,2% bertempat tinggal di asrama, dan sebanyak 27,7% bertempat tinggal di pondok. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi karakter pribadi, karena lingkungan asrama dan lingkungan pondok juga mendidik siswa untuk memiliki karakter yang baik.
Pendidik atau guru yang ada di MTsN Malang 3 selain memberikan pengajaran dalam bidang akademik juga memberikan pendidikan karakter terhadap siswanya. Hal tersebut tercermin dalam kegiatan-kegiatan yang harus diikuti oleh siswa, misalnya kegiatan membaca Al-Qur’an setiap hari, kegiatan sholat dluha berjamaah, kegiatan sholat dzuhur berjamaah, dan kegiatan pendidikan lingkungan hidup. Dengan kegiatan tersebut, secara tidak langsung dapat melatih siswa untuk meningkatkan kualitas karakter pribadi siswa. Oleh sebab itu, siswa MTsN Malang 3 tergolong memiliki kualitas karakter pribadi dalam kategori tinggi, termasuk dalam hal ini siswa non-akselerasi.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Uji t diambil keputusan untuk tidak menolak H0 karena nilai signifikansi t = 0,519 > α 0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan, bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat kedisiplinan antara siswa akselerasi dan non-akselerasi.
Dalam penelitian ini dapat dilihat, bahwa tidak ada perbedaan tingkat kedisiplinan antara siswa akselerasi dan siswa non-akselerasi. Hal ini berarti, bahwa perbedaan program atau kelas yang diikuti oleh siswa tidak mempengaruhi tingkat kedisiplinan siswa. Siswa akselerasi dan siswa non-akselerasi sama-sama memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi. Hal ini dapat disebabkan beberapa hal, antara lain kondisi lingkungan sekolah yang sama, sikap pendidik yang sama dalam membiasakan siswa akselerasi dan siswa non-akselerasi untuk bersikap disiplin, dan lingkungan di sekitar siswa akselerasi dan non-akselerasi yang sama-sama mendukung siswa untuk berdisiplin tinggi.
Seseorang yang berada di Kelas Non-Akselerasi atau Kelas Reguler tidak akan menghambat siswa untuk tidak bersikap disiplin, karena kedisiplinan merupakan sesuatu yang biasa dilakukan. Apabila seseorang sudah memiliki kedisiplinan yang tinggi, maka kelas atau program yang diikuti oleh siswa tidak akan mempengaruhi tingkat kedisiplinan siswa. Dari hasil penelitian ini, dapat dilihat baik siswa akselerasi, maupun siswa non-akselerasi dapat memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Uji t diambil keputusan untuk tidak menolak H0 karena nilai signifikansi t = 0,760 > α 0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan, bahwa tidak terdapat perbedaan kualitas karakter pribadi antara siswa akselerasi dan non-akselerasi.
Dalam penelitian ini dapat dilihat, bahwa tidak ada perbedaan kualitas karakter pribadi antara siswa akselerasi dan siswa non-akselerasi. Hal ini berarti, bahwa perbedaan program atau kelas yang diikuti oleh siswa tidak mempengaruhi kualitas karakter pribadi siswa. Siswa akselerasi dan siswa non-akselerasi sama-sama memiliki kualitas karakter pribadi yang tinggi. Hal ini dapat disebabkan pendidik atau pihak sekolah yang sama dalam memberikan porsi pendidikan karakter terhadap siswa akselerasi dan siswa non-akselerasi.
Karakter pribadi sendiri merupakan sesuatu yang sudah dimiliki oleh siswa sejak lahir, karena karakter pribadi berasal dari gen/keturunan. Dengan adanya proses pengaruh lingkungan, sehingga dapat membentuk atau merubah karakter pribadi seseorang. Oleh sebab itu, kelas atau program yang diikuti oleh siswa tidak mempengaruhi kualitas karakter pribadi yang dimiliki oleh siswa.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa ada perbedaan tingkat kedisiplinan antara siswa dan siswi. Nilai rata-rata (mean) kedisiplinan siswa sebesar 180,24 sedangkan siswi sebesar 185,01. Dari hasil analisis data dengan menggunakan Uji t, diperoleh thit = -2,349 dengan Signifikansi t = 0,020 < α 0,05. Berdasarkan hasil analisis tersebut, diambil keputusan untuk menolak H0, sehingga dapat disimpulkan, bahwa terdapat perbedaan tingkat kedisiplinan antara siswa dan siswi. Tingkat kedisiplinan siswi cenderung lebih tinggi daripada siswa.
Hasil penelitian juga menunjukkan, bahwa ada perbedaan kualitas karakter pribadi antara siswa dan siswi. Nilai rata-rata (mean) karakter pribadi siswa sebesar 170,81 sedangkan siswi sebesar 179,42. Dari hasil analisis data dengan menggunakan Uji t, diperoleh thit = -4,338 dengan Signifikansi t = 0,000 < α 0,05. Berdasarkan hasil analisis tersebut, diambil keputusan untuk menolak H0, sehingga dapat disimpulkan, bahwa terdapat perbedaan kualitas karakter pribadi antara siswa dan siswi. Kualitas karakter pribadi siswi cenderung lebih tinggi daripada siswa.
Siswi cenderung memiliki tingkat kedisiplinan dan kualitas karakter pribadi yang lebih tinggi daripada siswa, karena pada usia anak sekolah menengah pertama, yakni sekitar usia 12 tahun sampai 15 tahun, anak perempuan cenderung memiliki tingkat emosional yang lebih matang secara psikologis dibanding anak laki-laki. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor penyebab tingkat kedisiplinan dan kualitas karakter pribadi siswi cenderung lebih tinggi daripada siswa. Sesuai pendapat Kamari (2013:1) yang menyatakan, penelitian baru juga membuktikan bahwa otak wanita lebih cepat matang dibanding laki-laki. Para peneliti memaparkan bahwa seiring bertambahnya usia, kerja otak akan menjadi lebih efisien dan ramping. Tapi, proses pendewasaan otak dimulai sejak umur 10 tahun pada perempuan dan di usia 20 tahun pada lelaki.
Oleh sebab itu, siswi cenderung memiliki tingkat kedisiplinan dan kualitas karakter pribadi yang lebih tinggi dibanding siswa, karena perempuan mengalami proses pendewasaan otak atau lebih cepat matang 10 tahun dibanding laki-laki. Dengan proses kematangan yang lebih cepat, siswi memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar peraturan, sehingga memiliki tingkat kedisiplinan yang lebih tinggi dibanding siswa. Demikian juga, dengan proses pendewasaan yang lebih cepat, siswi cenderung memiliki kualitas karakter pribadi yang lebih tinggi daripada siswa.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat dikemukakan kesimpulan penelitian ini sebagai berikut: (1) Tingkat kedisiplinan yang dimiliki oleh siswa akselerasi di MTsN Malang 3 secara umum berada dalam kategori tinggi. Tingkat kedisiplinan yang tertinggi adalah ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib sekolah, (2) Tingkat kedisiplinan yang dimiliki oleh siswa non-akselerasi di MTsN Malang 3 secara umum berada dalam kategori tinggi. Tingkat kedisiplinan yang tertinggi adalah ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib sekolah, (3) Kualitas karakter pribadi yang dimiliki oleh siswa akselerasi di MTsN Malang 3 secara umum berada dalam kategori tinggi atau sangat berkualitas. Kualitas karakter pribadi yang tertinggi adalah kebijaksanaan, (4) Kualitas karakter pribadi yang dimiliki oleh siswa non-akselerasi di MTsN Malang 3 secara umum berada dalam kategori tinggi atau sangat berkualitas. Kualitas karakter pribadi yang tertinggi adalah toleransi, (5) Terbukti tidak terdapat perbedaan yang signifikan tingkat kedisiplinan antara siswa akselerasi dan siswa non-akselerasi di MTsN Malang 3, (6) Terbukti tidak terdapat perbedaaan yang signifikan kualitas karakter pribadi antara siswa akselerasi dan siswa non-akselerasi di MTsN Malang 3.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan pada: kepala sekolah hendaknya mempertimbangkan untuk menggunakan sistem akselerasi dengan tidak memisahkan Kelas Akselerasi dan Kelas Reguler, sehingga siswa mendapat perlakuan yang sama dan tidak merasa dibedakan. Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dapat diakomodasi dengan memberikan beban belajar tambahan ke ruang sumber (ruang khusus) untuk belajar mandiri, belajar kelompok, dan/atau belajar dengan guru pembimbing khusus sesuai dengan potensi dan bakat yang dimiliki.
Guru hendaknya mempertahankan tingkat kedisiplinan siswa dengan cara selalu mendukung siswa dalam mempertahankan kedisiplinannya dengan memberikan contoh atau teladan yang baik, sehingga siswa tetap termotivasi untuk bersikap disiplin dan dapat mengembangkan prestasi dan guru hendaknya juga mempertahankan kualitas karakter pribadi siswa dengan cara selalu mengarahkan siswa kepada hal-hal baik dan mengajarkan nilai-nilai karakter kepada siswa, di samping materi pelajaran ketika proses pembelajaran.
Selain itu, guru hendaknya mengembangkan tingkat kedisiplinan siswa dengan cara membuat buku jurnal harian target belajar siswa atau jadwal belajar siswa yang dapat dipantau oleh guru setiap hari dan guru hendaknya juga mengembangkan kualitas karakter pribadi siswa dengan cara mengadakan kegiatan seperti peduli lingkungan atau ceramah harian setelah kegiatan sholat dzuhur berjamaah.
DAFTAR RUJUKAN
Fithriyah, Imaniyatul. 2010. Analisis Ekspektasi Siswa Mengenai Karakter Otoritas Sekolah dan Kedisiplinan Siswa MA PP. Al-Amien Putri 1 Prenduan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Program Studi Bimbingan Konseling, Jurusan Bimbingan Konseling dan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang.
Hartati. 2009.
Akselerasi. (Online), (
www.google.com), diakses 20 Februari 2013.
Nawawi, Imam. 2009. Makna dan Urgensi Pendidikan Karakter dalam Lembaga Pendidikan. Jurnal Pendidikan Nilai, 17 (2): 128-142.
Posting oleh Teguh Triwiyanto
9 tahun yang lalu - Dibaca 100598 kali
Tag :
#PERBEDAAN TINGKAT KEDISIPLINAN # KARAKTER PRIBADI SISWA AKSELERASI DAN NONAKSELERASI
Berikan Komentar Anda