Bimtek Manajemen Berbasis Sekolah Di Provinsi Bali
Kegiatan pelatihan implementasi MBS-SD Tingkat Provinsi Bali tahun 2013 dilaksanakan dan dikoordinasikan oleh Bidang Kurikulum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Bali bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten/Kota se-Bali.
Implementasi MBS-SD di Provinsi Bali dilaksanakan dalam 2 (dua) bentuk yaitu: (1) in-service dalam bentuk Bimbingan Teknis, dan (2) on-service dalam bentuk kegiatan monitoring dan evaluasi. Kegiatan in-service dilaksanakan dalam 2 (dua) tahap yaitu: In-Service Tahap I. Kegiatan In-Service Tahap I dilaksanakan di Hotel Puri Nusa Indah Jalan Waribang Denpasar Timur selama 5 (lima) hari kerja mulai tanggal 18-22 Agustus 2013. In-Service Tahap II. Kegiatan In-Service Tahap II dilaksanakan di Hotel Puri Nusa Indah Jalan Waribang Denpasar Timur selama 5 (lima) hari kerja mulai tanggal 7-11 Oktober 2013. On-Service (kegiatan monitoring dan evaluasi) dilaksanakan selama 5 (lima) hari kerja mulai tanggal 6-11 November 2013. Kegiatan dilakukan pada 9 (sembilan) sekolah dasar di 9 (sembilan) kabupaten/kota di Provinsi Bali.
Instruktur/Narasumber selama kegiatan In-Service Implementas MBS-SD di Provinsi Bali tahun 2013, terdiri dari beberapa unsur yaitu: unsur Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Bali, Kepala UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Denpasar Selatan, Akademisi dari Perguruan Tinggi, Pengawas SD, dan Kepala SD yang memiliki kompetensi tentang MBS serta sudah di-training di Makassar Sulawesi Selatan tanggal 9-13 Juli 2013. Disamping itu pada kegiatan In_Service I kegiatan Bimtek didampingi juga oleh narasumber dari pusat yaitu Ibu Dr. Mustiningsih, M.Pd. dari Universitas Negeri Malang.
Peserta pada kegiatan Bimtek MBS-SD In-Service I dan In-Service II Tingkat Provinsi Bali tahun 2013, terdiri dari unsur-unsur Pejabat Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten/Kota, Pengawas, dan Kepala Sekolah yang berjumlah total 61 orang. Sedangkan untuk kegiatan monitoring dan evaluasi (On-Service) melibatkan 9 (sembilan) sekolah yang tersebar pada 9 (sembilan) Kabupaten/Kota se-Bali.
Strategi yang digunakan dalam pelaksanaan in-service I dan II bersifat aktif, partisipatif dan demokratis. Para peserta dikondisikan aktif dan partisifatif dalam kegiatan. Narasumber bertindak sebagai fasilitator bukan instruktur dan memandang peserta sebagai salah satu sumber dalam Bimbingan Teknis. Peserta banyak dilibatkan dalam diskusi dalam pengambilan kesimpulan. Kegiatan in-service I dan II ini menggunakan metode ceramah, paparan, diskusi, penugasan, kajian, presentasi, dan kerja kelompok.
Orientasi utama dalam in-service I dan II adalah peningkatan kemampuan dan keterampilan peserta dalam menjadi fasilitator yang akan dapat memfasilitasi pelaksanaan MBS di kabupaten/kota dan mendorong sekolah untuk melaksanakan MBS di sekolah. Oleh karena itu, kegiatan in-service I dan II lebih banyak berorientasi kepada apa yang akan terjadi di sekolah, dan semua itu dilatihkan dan dikembangkan selama Bimtek, bukan diceramahkan saja.
Produk yang dihasilkan dalam kegiatan in-service I dan II serta monitoring dan evaluasi MBS-SD Tingkat Provinsi Bali adalah sebagai berikut: (1) Program Kerja MBS yang akan dilaksanakan di tingkat Kabupaten/Kota; (2) Identifikasi permasalahan dan solusinya terkait dengan 7 (tujuh) komponen MBS; (3) Perangkat instrumen supervisi dan evaluasi 7 (tujuh) komponen MBS; (4) Hasil kunjungan observasi lapangan sesuai dengan komponen yang diobservasi; dan (5) Data keterlaksanaan MBS-SD yang diperoleh melalui kegiatan monitoring dan evaluasi.
Dari 9 (sembilan) sekolah di Provinsi Bali yang dijadikan pilot projek, dapat dilihat bahwa sekolah telah melakukan manajemen peserta didik dengan kategori amat baik dengan rata-rata 85,63. Hal ini dapat dilihat dari 55,56% atau sebanyak 5 sekolah berada pada kategori amat baik dan 44,44% atau sebanyak 4 sekolah berada pada kategori baik. Manajemen pendidik dan tenaga kependidikan dengan kategori amat baik dengan rata-rata 92,27. Hal ini dapat dilihat dari 88,89% atau sebanyak 8 sekolah berada pada kategori amat baik dan 11,11% atau sebanyak 1 sekolah berada pada kategori baik.
Manajemen sarana dan prasarana dengan kategori amat baik dengan rata-rata 87,12. Hal ini dapat dilihat dari 77,78% atau sebanyak 7 sekolah berada pada kategori amat baik dan 22,22% atau sebanyak 2 sekolah berada pada kategori baik.
Dapat dilihat bahwa sekolah telah melakukan manajemen pembiayaan dengan kategori amat baik dengan rata-rata 93,46. Hal ini dapat dilihat dari 88,89% atau sebanyak 8 sekolah berada pada kategori amat baik dan 11,11% atau sebanyak 1 sekolah berada pada kategori baik. Dapat dilihat bahwa sekolah telah melakukan peranserta dengan kategori amat baik dengan rata-rata 85,95. Hal ini dapat dilihat dari 77,78% atau sebanyak 7 sekolah berada pada kategori amat baik dan 22,22% atau sebanyak 2 sekolah berada pada kategori baik.
Dapat dilihat bahwa sekolah telah melakukan manajemen budaya dan lingkungan sekolah dengan kategori amat baik dengan rata-rata 89,16. Hal ini dapat dilihat dari 88,89% atau sebanyak 8 sekolah berada pada kategori amat baik dan 11,11% atau sebanyak 1 sekolah berada pada kategori baik.
Demikian pula secara umum dapat disimpulkan bahwa 9 (sembilan) sekolah yang dijadikan pilot projek telah melaksanakan MBS dengan amat baik meliputi 7 komponen. Hanya 1 sekolah atau 11,11% sekolah yaitu di Kabupeten Bangli yang berada dalam kategori baik, sementara 8 sekolah di kabupaten/kota lainnya yaitu 8 sekolah atau 88,89% berada dalam kategori amat baik.
Setelah dilakukan kegiatan implementasi program MBS-SD melalui kegiatan in-service dan on-service, maka dapat disampaikan beberapa simpulan dan rekomendasi yang dapat digunakan sebagai pertimbangan di dalam pengelolaan program MBS dimasa yang akan datang.
Beberapa simpulan yang dapat dirumuskan dari hasil monitoring dan evaluasi adalah sebagai berikut. Melalui kegiatan in-service yang dilaksanakan sebanyak 2 tahap, pemahaman peserta terhadap substansi dan strategi implementasi MBS-SD dapat ditingkatkan. Peserta telah memiliki pengalaman melakukan observasi 7 komponen MBS melalui kegiatan observasi lapangan. Melalui kegiatan on-service, implementasi program MBS-SD yang dilakukan oleh Kepala Sekolah di Kabupaten/Kota di 9 (sembilan) kabupaten/kota di Provinsi Bali sudah dilaksanakan sesuai dengan juklak/juknis. Rata-rata hasil implementasi MBS-SD adalah sangat baik (A).
Berikut disampaikan beberapa rekomendasi terkait implementasi program MBS-SD di Provinsi Bali. (a) Hasil yang telah dicapai dalam kegiatan ini agar dipertahankan dan ditingkatkan lagi di masa yang akan datang; (b) Hal-hal positif yang telah dilaksanakan di sekolah ini agar diimbaskan ke sekolah lain, minimal di tingkat gugus bahkan bila memungkinkan di tingkat yang lebih luas lagi di tingkat kabupaten/kota; (c) Meningkatkan koordinasi dengan pihak terkait terutama komite sekolah dan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten/Kota; (d)Mengadakan pembinaan dan pengawasan secara terjadwal dan berkesinambungan dengan melibatkan para pengawas di lingkungan
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten/Kota; (e) Meningkatkan koordinasi dengan Bupati/Wali Kota agar kegiatan implementasi MBS dapat berlangsung sampai ke tingkat-tingkat gugus melalui program pengimbasan MBS; (f) Meningkatkan koordinasi dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Bali untuk melanjutkan program implementasi MBS ke tingkat yang lebih luas.
Mensosialisaikan program-program yang akan dilaksanakan di tingkat pusat sampai ke tingkat Kab/Kota lebih awal, agar daerah dapat menyesuaikan program yang disusun sehingga sinkron dengan program pusat.
Posting oleh Teguh Triwiyanto 11 tahun yang lalu - Dibaca 67179 kali
Digitalisasi Percepat Transformasi Layanan Pendidikan
JAKARTA - Sejak pandemi melanda, sekolah-sekolah diliburkan dan kegiatan belajar mengajar dilakukan dari rumah....
KESIAPAN MENGHADAPI PERUBAHAN PADA GURU SEKOLAH DASAR TERHADAP JENIS BUDAYA DAN DUKUNGAN ORGANISASI
Abstract: The study investigates the relation of the readiness for change of an elementary school...