Pengorganisasian Kelas Inklusi Berbasis Sekolah
Manajemen berbasis sekolah merupakan model pengelolaan penyelenggaraan sekolah yang memberikan seluruh kewenangan untuk mengelola berbagai sumber daya pendidikan kepada sekolah dengan melibatkan peran serta masyarakat. Melalui MBS diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Selama ini anak berkebutuhan khusus selalu dibedakan dengan anak normal. Namun melalui kegiatan kelas inklusi ini anak berkebutuhan khusus akan memperoleh kesempatan belajar bersama dengan anak normal. Ormrod (2009: 227), menjelaskan “Inklusi (inclusion) merupakan praktik mendidik semua siswa termasuk siswa yang mengalami hambatan yang parah dan majemuk, di sekolah-sekolah umum yang biasanya dimasuki anak-anak normal”. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan inklusi merupakan penyelenggaraan pendidikan yang dapat diikuti oleh anak berkebutuhan khusus dan anak regular dalam satu lingkup lingkungan pendidikan yang sama.
Manajemen kelas inklusi adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengevaluasian yang menampung segala perbedaan untuk menunjang pembelajaran yang kondusif sesuai dengan yang telah direncanakan.
Secara formal pendidikan pendidikan inklusi dalam sekolah luar biasa standar minimal organisasi sekolah luar biasa secara umum tersusun dari unsur:
- Kepala sekolah
- Beberapa wakil kepala sekolah
- Unit tata usaha
- Beberapa ketua jurusan/instansi
- Guru
Guru sebagai salah satu komponen penting untuk pelaksanaan pendidikan inklusi. Dalam standar minimal organisasi sekolah luar biasa secara umum guru merupakan salah satu unsur yang utama. Peran guru sebagai pemegang proses kegiatan belajar mengajar menurut Direktorat PLB (2005: 7, dalam Afila (2012)) mengemukakan, bahwa terdapat modifikasi yang dapat dilakukan guru untuk proses belajar-mengajar pada kelas inklusi, yaitu:
- Mengembangkan proses berpikir tingkat tinggi, yang meliputi analisis, sintesis, evaluasi dan problem solving, untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inelegensi diatas normal;
- Menggunakan pendekatan student centered, yang menekankan perbedaan individual setiap anak;
- Lebih terbuka (divergent);
- Memberikan kesempatan mobilitas tinggi, karena kemampuan siswa di dalam kelas heterogen;
- Menereapkan pendekatan pembelajaran kooperatif;
- Disesuaikan dengan berbagai, tipe belajar siswa (ada yang bertipe visual, ada yang bertipe auditors dan ada pula yang bertipe kinestetis).
Kunci keberhasilan dalam proses belajar mengajar kelas inklusi yaitu terletak pada kesiapan guru, rasa memiliki siswa sehingga dapat memenuhi waktu untuk mendidik dan melakukan perbaikan sesuai kebutuhan siswa. Dengan adanya manajemen kelas inklusi berbasis sekolah diharapkan dapat mengatasi permasalahan dalam penanganan pendidikan anak berkebutuhan khusus selama ini. Sehingga tidak membedakan antara anak berkebutuhan khusus dengan anak regular sehingga tercipta mutu pendidikan.
Sumber rujukan :
Afila, Nawa. 2012. Manajemen Kelas Inklusi Studi Multikasus pada TK Roudhotul Hikmah dan SD Islam Sabilillah di Kabupaten Jombang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UM
Mayar. 2008. Manajemen Pendidikan Inklusi Berbasis Sekolah. (online), (http://m4y4r15.wordpress.com/2008/06/20/pendidikan-inklusi/), diakses 18 Desember 2013.
Ormrod, Jeanne, E. 2009. Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Jakarta: Erlangga.
Posting oleh NUR AZIZIA 5 tahun yang lalu - Dibaca 25494 kali
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN IKLIM SEKOLAH BERBASIS WEB
Abstract Abstract: This study aims to produce a product in the form of a web-based school climate information...
Penghapusan Ujian Nasional Tak Otomatis Tingkatkan Kualitas SDM
JAKARTA - Penghapusan ujian nasional (UN) akan dilakukan Sandiaga Uno jika terpilih memimpin Indonesia lima tahun...














